Selasa, 06 Oktober 2009

CACING KREMI (Enterobius vermicularis)

Hospes definitive : Manusia

Cara penularan : Auto-infeksi


MORFOLOGI

Telur

  • Ukuran 50 x 25 um
  • Bentuk lonjong dengan salah satu sisi mendatar (oval asimetris)
  • Mempunyai dinding 2 lapis, berwarna bening
  • Berisi sel telur, embrio atau larva (tergantung umur)

Dewasa :

  • Ukuran cacing jantan : 2 – 5 mm, betina : 10 mm
  • Pada bagian kepala memiliki cervical alae / cephalic alae / sayap leher.
  • Ekor cacing betina runcing, vulva terletak pada 1/3 anterior badan.
  • Ekor cacing jantan melingkar ke ventral, dilengkapi dengan spikulum
  • Bulbus esophagus membesar.

SIKLUS HIDUP

  • Cacing dewasa hidup dalam usus manusia.
  • Setelah melakukan perkawinan, cacing betina akan menghasilkan telur yang akan dikeluarkan melalui vulvanya.
  • Cacing betina akan berjalan menuju anus manusia dan meletakkan telurnya di daerah sekitar anus.
  • Selanjutnya setelah bertelur cacing betina akan kembali ke dalam usus manusia untuk meneruskan kehidupannya.
  • Telur yang ada di daerah perianal tersebut akan masuk kembali secara peroral melalui kuku tangan yang terkontaminasi oleh telur cacing. (Biasanya penderita akan merasakan gatal-gatal pada daerah perianal sehingga secara spontan akan menggaruk dan telur akan berpindah dari daerah perianal ke dalam kuku tangan).
  • Telur yang masuk ke mulut akan melalui esophagus dan ke usus kemudian menetas menjadi larva dan berkembang menjadi cacing dewasa.
  • Dalam kondisi tertentu bisa terjadi autoinfeksi, yaitu : telur yang ada di daerah perianal akan menetas kemudian larva cacing akan berjalan kembali masuk tubuh melalui lubang anus dan dewasa di usus


EPIDEMIOLOGI

  • Pemukiman dengan kondisi sanitasi lingkungan yang buruk.
  • Penduduk dengan perilaku hygiene perorangan yang kurang baik.
  • Masyarakat yang hidup berkelompok atau pada pemukiman padat penduduk.
  • Masyarakat yang memiliki kebiasaan tidur bersama-sama dalam satu kelompok besar dengan perlengkapan tidur yang digunakan bersama-sama pula.


DIAGNOSA LABORATORIUM

  • Ditemukan telur atau cacing dewasa pada sample anal swab dengan pemeriksaan metoda Graham scoth tape.

Jumat, 17 April 2009

Larva Filariform Cacing Tambang

Cacing tambang menular melalui penetrasi kulit terutama pada telapak kaki. Larva cacing tambang yang infektif adalah larva filariform. Gambar disamping adalah larva filariform dari hasil pembiakan larva menggunakan metode Harada Mori.

Jumat, 03 April 2009

Renungan Seorang Mahasiswa

Saat ini aku adalah seorang mahasiswa pasca sarjana. Ketika sampai saatnya aku harus menulis tugas akhir berupa Thesis, semua itu aku keerjakan dengan sepenuh hati dengan harapan aku mendapatkan pembimbing dan narasumber yang baik dalam artian yang dapat benar-benar membimbing dan mengarahkan aku dalam menyelesaikan tugas itu. Aku sadar bahwa setiap kesulitan dan rintangan dalam menyelesaikan tugas akhir itu memang harus kulalui satu demi satu. Manakala aku kesulitan untuk menemui pembimbing, tidak pernah sekalipun aku berpikiran jelek tentang beliau, misalnya menganggap beliau tidak mau membimbing aku atau anggapan jelek lainnya. Aku sadar bahwa beliau pasti sudah sangat sibuk dengan tugas-tugasnya menjadi seorang dosen dan......yang lebih penting lagi aku harus sadar bahwa aku ini seorang mahasiswa yang tentu harus menghormati beliau para dosen dan pembimbingku yang masih mau meluangkan waktu untuk berbagi ilmu denganku. Untuk itu....bagi teman-temanku......adik-adikku.......jangan suka mengumbar dugaan dan fitnah kepada para guru dan dosen kita......apalagi sampai berpikiran negatif menganggap dosen-dosen kita tidak mau membimbing kita. Kalau tidak dibimbing oleh mereka....apakah kita bisa menjadi seperti ini ? Mari coba kita renungkan ini........mari coba kita jawab dengan nurani........

Pengambilan Organ Marmut Untuk Sediaan Histologi

Saya selalu berupaya memberikan yang terbaik untuk mahasiswa UNIMUS. Dulu saya hanya memperoleh materi sedikit sekali tentang hal ini dari pelatihan singkat yang hanya sebulan di Fakultas Biologi UGM. Tapi saya berniat untuk menyampaikan yang sedikit itu untuk adik-adik mahasiswa sebisa saya. Pada perkuliahan praktikum sitohistoteknologi di program D3 Analis Kesehatan UNIMUS, saya mencoba memberanikan diri untuk mengajari membedah hewan coba dan mengambil organnya untuk dibuat sediaan histologi yang baik. Hanya sayangnya, alat mikrotom di tempat kami sudah terlalu usang bahkan untuk memutar rodanya saja membutuhkan tenaga yang banyak, sementara kemampuan potongnya minimal dalam ukuran 10 mikron yang masih sangat tebal untuk membuat sediaan sitologi jaringan. Niat tetap terlaksana, namun bilamana ada dermawan yang berkenan berzakat alat mikrotom untuk laboratorium kami, saya akan sangat bersyukur walaupun itu mikrotom bekas insya Allah akan sangat bermanfaat bagi anak didik kami.

Kamis, 02 April 2009

Sarcoptes scabiei penyebab penyakit kudis

Sarcoptes scabiei adalah parasit penyebab penyakit scabies. Dalam bahasa Indonesia sering disebut sebagai penyakit "kudis" atau "gudig". Parasit ini biasanya membuat terowongan di bawah kulit manusia sehingga orang yang terinfeksi parasit ini akan merasa gatal-gatal. Saat digaruk, parasit akan merasa terganggu dan mencoba berpindah tempat dengan membuat terowongan baru.

Kamis, 19 Maret 2009

REUNI IKALAKMUS


Betapa ingin aku mengumpulkan teman-teman alumni AAK Muhammadiyah Semarang dalam suatu REUNI. Andai angkatan pertama, teman-temanku kuliah dulu bisa membantu hingga lulusan terakhir tahun 2008 lalu juga berkenan mendukung, pasti reuni itu nanti menjadi sangat meriah.
Ayo...teman-teman alumni AAK Muhammadiyah Semarang juga alumni AAK UNIMUS...dukung aku mewujudkan itu...........
Kirimkan dukunganmu melalui E-mail ataupun SMS !!
Catat alamatnya :
Atau boleh SMS ke nomorku : 081.6425.1283 atau 0856.4142.7716
Kutunggu ya.......

MIKROTOM UNTUK PROSESING JARINGAN

Mikrotom merupakan alat yang mutlak diperlukan untuk melakukan prosesing jaringan pada laboratorium Patologi Anatomi atau Histologi. Alat ini dapat melakukan pemotongan jaringan hingga ukuran mikrometer dimana 1 mikrometer sama dengan 1/1000 milimeter. Dengan adanya mikrotom, kita dapat mempelajari berbagai sel mahkluk hidup yang sudah berupa sediaan awetan. Demikian pula pada penderita keganasan (kanker) dapat diketahui keberadaan sel ganasnya melalui serangkaian prosesing yang melibatkan alat mikrotom ini.
Ketersediaan alat ini menjadi mutlak dalam lab. PA namun bukan berarti menjadi segalanya. Kepiawaian seorang pranata laboratorium PA menjadi prasyarat yang harus terpenuhi pula. Walaupun tersedia alat mikrotom yang paling canggih sekalipun, tetapi seorang pranata laboratorium tidak memiliki bekal ketrampilan yang cukup memadai maka hasil akhir sebuah sediaan menjadi kurang sempurna. Keberadaan alat memang penting, namun ketrampilan individu seorang pranata laboratorium juga sangat dibutuhkan.

Selasa, 03 Maret 2009